Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Baca
Tujuan membaca seseorang akan menentukan kecepatan bacanya. Berbicara tentang hubungan kecepatan membaca dengan tujuan yang dikehendaki dari kegiatan membacanya itu, akan terjadilah apa yang dinamakan fleksibilitas kecepatan baca. Yang dimaksud fleksibilitas kecepatan baca adalah kelenturan tempo baca pada saat membaca sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan membacanya tersebut.
Jika tujuan membacanya hanya sekedar ingin menikmati karya sastra secara santai, pembaca dapat memperlambat tempo kecepatan bacanya. Kalau pembaca menginginkan informasi menyeluruh tentang kejadian hari ini dengan segera, tentu ia akan meningkatkan kecepatan bacanya. Pembaca akan berusaha menemukan ide-ide utama atau gagasan-gagasan penting saja dan menghiraukan hal-hal kecil atau rincian-rincian khusus dalam bacaannya tersebut.
Pada tahap-tahap awal, tingkat kecepatan baca erat kaitannya dengan faktor kesiapan membaca (reading readness). Burron dan Claybaugh (1977) mengajukan enam hal yang dipandang penting dalam mempertimbangkan reading readness. Keenam hal tersebut meliputi:
(a) (a) fasilitas bahasa lisan;
(b) latar belakang pengalaman;
(c) diskriminasi auditori dan diskriminasi visual;
(d) intelegensi;
(e) sikap dan minat;
(f) kematangan emosi dan sosial.
Butir a, c, dan f (fasilitas bahasa lisan, diskriminasi auditori dan visual, dan kematangan emosi dan sosial) merupakan bekal bagi pembaca pemula dalam belajar membaca; sementara butir b, d, dan e (latar belakang pengalaman, intelegensi, dan sikap dan minat) dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pada tingkat lanjut. Dari ketiga faktor yang disebut terakhir yang dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi kecepatan baca pada tingkat lanjut, memang ada hal penting yang perlu dicatat.
Hasil penelitian Yap (1978), misalnya, menunjukkan bukti bahwa faktor intelegensi tidaklah terlalu berkontribusi terhadap kemampuan membaca seseorang. Faktor ini hanya berurun sekitar 25%; sementara yang paling besar urutannya terhadap kemampuan membaca adalah faktor intensitas membaca, yakni sebesar 65%. Faktor ini berkenaan dengan faktor sikap dan minat, yakni sikap, kebiasaan, minat, dan motivasi membaca termasuk di dalamnya latar belakang pengalaman membaca. Sisanya, sebesar 10% merupakan urutan dari faktor lain-lain.
Heilman (1972) dan Alexander (1983) menyodorkan pandangan yang sama mengenai faktor-faktor reading readness. Namun, Alexander tampaknya memberikan rincian yang lebih detil mengenai hal ini, mengingat language development dirincinya lagi pada kemapuan-kemampuan yang lebih spesipik. Kemampuan-kemampuan dimaksud meliputi pengembangan konsep kosakata, pemahaman makna kata, pemahaman konsep-konsep linguistik, keterampilan analisis kata, dan lain-lain.
Ommagio (1984) berpendapat bahwa pemahaman bacaan bergantung pada gabungan dari pengetahuan bahasa, gaya kognitif, dan pengalaman membaca. Dalam mencapai pemahaman bacaan, Ommagio tampaknya lebih menyoroti faktor pembacanya. Jika pembaca memiliki dan menguasai ketiga faktor di atas, maka proses pemahaman bacaan tidak akan mendapat hambatan yang berarti.
Pendapat senada juga dilontarkan oleh Harjasujana (1992). Menurutnya, sekurang-kurangnya terdapat lima hal pokok yang dapat mempengaruhi proses pemahaman sebuah wacana. Kelima faktor tersebut meliputi:
(a) (a) latar belakang pengalaman,
(b) kemampuan berbahasa,
(c) kemampuan berfikir,
(d) tujuan membaca, dan
(e) berbagai afeksi seperti motivasi, sikap, minat, keyakinan,
dan perasaan.
Harjasujana pun tampaknya lebih menyoroti aspek pembacanya ketimbang aspek lainnya dalam menyoroti masalah faktor-faktor pemengaruh KEM seseorang.
Williams (1984) mengomentari perihal faktor yang mempengaruhi pemahaman bacaan itu sebagai berikut. Ketidak tahuan akan bahasa dapat menghalangi pemahaman. Meskipun pengetahuan bahasa itu penting, namun bagaimana menumbuhkan keinginan membaca jauh lebih penting. Selanjutnya, beliau mengaitkan hal tersebut dengan keterbacaan wacana (readability). Menurutnya, materi bacaan yang disuguhkan dengan bahasa yang sulit menyebabkan bacaan itu sulit dipahami dan mengakibatkan frustasi bagi pembacanya. Keterbacaan menurutnya, tidak hanya bergantung kepada bahasa teks, melainkan juga bergantung pada pengetahuan pembaca tentang teks serta bagaimana ketekunan dan ketajaman membacanya.
Antara minat baca dan keterbacaan wacana terdapat hubungan timbal-balik. Ketiadaan minat baca menyebabkan keengganan membaca pada pembacanya. Salah satu faktor yang menyebabkan keengganan membaca ini adalah faktor keterbacaan wacana. Teks yang memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi relatif lebih mudah dibaca. Sebaliknya, teks yang memiliki tingkat keterbacaan yang rendah relatif lebih sulit dibaca.
Faktor tingkat keterbacaan yakni tingkat mudah-sukarnya bacaan bagi peringkat pembaca tertentu juga mempengaruhi kecepatan baca seseorang. Bahan bacaan yang tidak sesuai dengan peringkat pembacanya dianggap mempunyai tingkat keterbacaan yang rendah. Bahan bacaan yang demikian tentu saja tidak dapat dicerna dengan mudah dalam waktu yang relatif cepat. Pembaca membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mencerna bahan bacaan seperti itu. Sebaliknya, bahan bacaan yang memiliki tingkat keterbacaan yang layak dengan pembacanya, atau bahkan cenderung di bawah kemampuan pembacanya, akan dilahapnya dalam waktu yang relatif cepat.
Faktor minat dan motivasi seseorang dalam membaca juga turut berpengaruh terhadap kecepatan bacanya. Minat dan motivasi yang tinggi, baik terhadap bahannya maupun terhadap kegiatan membacanya, akan berefek positif terhadap kecepatan baca seseorang.
Selain dipengaruhi faktor-faktor di atas, kecepatan membaca juga dipengaruhi oleh faktor kebiasaan. Yang dimaksud dengan faktor kebiasaan di sini adalah kebiasaan-kebiasaan buruk yang biasanya dilakukan pada saat membaca (membaca dalam hati/pemahaman).
Kebiasaan-kebiasaan buruk antara lain:
(a) (a) membaca dengan vokalisasi (suara nyaring);
(b) membaca dengan gerakan bibir;
(c) membaca dengan gerakan kepada;
(d) membaca dengan menujuk baris bacaan dengan jari, pena, atau alat lainnya;
(e) membaca dengan mengulang kata, atau baris bacaan (regresi);
(f) membaca dengan subvokalisasi (melafalkan bacaan dalam batin atau pikiran);
(g) membaca kata demi kata;
(h) membaca dengan konsentrasi yang tidak sempurna;
(i) membaca hanya jika perlu/ditugasi/dipaksa saja (insidental).
Faktor lain yang mempengaruhi kecepatan efektif membaca adalah penguasaan teknik-teknik membaca yang tepat sesuai dengan tujuan, bahan, dan jenis membacanya. Teknik-teknik membaca yang umum dikenal orang adalah:
a) Teknik baca-pilih atau selecting, yaitu membaca bahan bacaan atau bagian-bagian bacaan yang dianggapnya relevan atau mengandung informasi yang dibutuhkan pembaca. Dalam hal ini, sebelum melakukan kegiatan membaca tersebut, pembaca telah melakukan pemilihan/seleksi bahan terlebih dahulu.
b) Teknik baca-lompat atau skipping, yaitu membaca dengan loncatan-loncatan. Maksudnya, bagian-bagian bacaan yang dianggap tidak relevan dengan keperluannya atau bagian-bagian bacaan yang sudah dikenalnya/dipahaminya tidak dihiraukan. Bagian bacaan yang demikian dilompati untuk mencapai efektivitas dan efisiensi membaca.
c) Teknik baca-layap atau skimming atau dikenal dengan istilah membaca sekilas, yaitu membaca dengan cepat atau menjelajah untuk memperoleh gambaran umum isi buku atau bacaan lainnya secara menyeluruh. Selain itu, teknik ini juga dapat dipergunakan sebagai dasar memprediksi (menduga), apakah suatu bacaan atau bagian-bagian tertentu dari bacaannya itu berisi informasi tertentu. Seorang pembaca yang menggunakan teknik skimming hanya memetik ide-ide pokok bacaan atau hal-hal penting atau intisari suatu bacaan. Teknik ini dipergunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan berikut:
1) Mengenali topik bacaan; misalnya mengenali kesan umum suatu buku untuk melihat relevansi isi bacaan dengan keperluan pembacanya atau memilih suatu artikel dari majalah/surat kabar untuk kliping.
2) Mengetahui pendapat orang (opini). Setelah pembaca mengetahui topik yang dibahas, dia juga ingin mengetahui pendapat penulisnya terhadap masalah tersebut. Suatu kesimpulan itu biasanya diletakkan pada bagian akhir bacaan.
3) Mengetahui bagian penting tanpa harus membaca seluruh bacaan. Pembaca hanya melihat seluruh bacaan itu untuk memilih ide-ide yang dianggapnya penting dan baik, tetapi tidak membacanya secara lengkap.
4) Mengetahui organisasi penulisan, urutan ide pokok, hubungan antar bagian guna mencari atau memilih bahan yang perlu dipelajari atau prlu diingat.
5) Menyegarkan apa yang pernah dibaca, misalnya dalam mempersiapkan ujian atau seramah.
d) Teknik baca-tatap atau scanning atau dikenal juga dengan istilah sepintas, yaitu suatu teknik pembacaan sekilas cepat tetapi teliti dengan maksud untuk memperoleh informasi khusus/tertentu dari bacaan. Pembaca yang menggunakan teknik ini akan langsung membaca bagian tertentu dari bacaannya yang berisi informasi/fakta yang diperlukannya tanpa menghiraukan bagian-bagian lain yang dianggapnya tidak relevan. Teknik scanning biasa digunakan untuk hal-hal berikut:
1) mencari nomor telepon;
2) mencari makna kata tertentu dalam kamus;
3) mencari keterangan tentang suatu istilah pada ensiklopedia;
4) mencari entri atau rujukan sesuatu hal pada indeks;
5) mencari definisi sebuah konsep menurut para pakar tertentu;
6) mencari data-data statistik;
7) mencari acara siaran TV, daftar perjalanan, dokter jaga, dan sebagainya.
Keempat teknik membaca di atas, pada umumnya jarang dipergunakan dalam bentuk tunggal atau berdiri sendiri, melainkan dipadukan dengan teknik-teknik lainnya. Bahkan sering terjadi keempat teknik ini dipergunakan sekaligus secara bergiliran dalam suatu kegiatan membaca. Yang penting bagi pembaca adalah bagaimana dia dapat memilih, menentukan, dan menggunakan teknik membaca yang tepat/cocok denan sifat informasi yang diperlukannya sehingga memenuhi tuntutan efektifitas dan efisiensi membaca.
Di samping teknik-teknik membaca di atas, kita juga perlu menguasi metode-metode membaca yang efektif dan efisien. Metode-metode tersebut misalnya membaca frase, metode SQ3R, metode PQ3R, metode PQRST, dan lain-lain. Pembicaraan tentang metode membaca dapat dilihat pada buku-buku lain.
Dari sekian banyak pendapat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, pendapat Pearson dipandang sebagai cermin dari kesimpulan pendapat-pendapat di atas. Menurut beliau, faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman bacaan dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yakni faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal). Faktor-faktor dalam meliputi kompetensi bahasa, minat, motivasi, dan kamampuan membaca. Faktor-faktor yang termasuk faktor dalam tersebut bersumber pada diri pembaca. Faktor luar dibaginya lagi menjadi dua kategori, yakni (a) unsur dalam bacaan, dan (b) sifat-sifat lingkungan baca. Unsur dalam bacaan berkaitan dengan keterbacaan dan faktor organisasi teks. Sifat lingkungan baca berkenaan dengan fasilitas, guru, model pengajaran, dan lain-lain (Pearson, 1978; Hafni, 1981).
Jika pengklasifikasian faktor-faktor pemengaruh kecepatan baca tersebut kita buat skematiknya, maka akan tampak skema seperti berikut ini.
Faktor-faktor Pemengaruh
Kecepatan Baca
Faktor dalam (internal)
- kompetensi bahasa
Senin, 08 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar